Dari Qassim bin Muhammad, dia berkata: "Kami sering sekali bepergian dengan Ibnu Mubarak dan tiba-tiba terbetik di hatiku, maka aku berkata dalam hati dengan apakah orang ini (Ibnu Mubarak) dilebihkan di atas kami sehingga ia terkenal di tengah-tengah manusia. Jika dia shalat, maka kami shalat. Jika dia puasa, maka kami puasa. Jika dia berjihad, kami juga berjihad. Jika dia melaksanakan haji, kami juga berhaji.
Maka suatu malam di tengah perjalanan kami menuju kota Syam, kami makan malam di sebuah rumah. Ketika lampu dipadamkan, maka sebagian kami berdiri lalu mengambil lampu itu dan keluar menunaikan hajatnya. Maka keadaan begitu sunyi. Tatkala lampu itu datang lagi, maka aku melihat ke wajah Ibnu Mubarak dan jenggotnya sudah basah oleh airmata. Maka aku mengatakan pada diriku, Ternyata dengan rasa takut inilah orang ini dilebihkan di atas kami. Se]ertinya ketika di tengah kegelapan tatkala lampu itu dibawa, keadaan menjadi begitu gelap sehingga dia mengingat kegelapan pada hari kiamat."
Sumber : Kitab Tsalatsu miah mawaqif wa ar-roqoiq, Abdul Rahman Bakr, hal 5
Maka suatu malam di tengah perjalanan kami menuju kota Syam, kami makan malam di sebuah rumah. Ketika lampu dipadamkan, maka sebagian kami berdiri lalu mengambil lampu itu dan keluar menunaikan hajatnya. Maka keadaan begitu sunyi. Tatkala lampu itu datang lagi, maka aku melihat ke wajah Ibnu Mubarak dan jenggotnya sudah basah oleh airmata. Maka aku mengatakan pada diriku, Ternyata dengan rasa takut inilah orang ini dilebihkan di atas kami. Se]ertinya ketika di tengah kegelapan tatkala lampu itu dibawa, keadaan menjadi begitu gelap sehingga dia mengingat kegelapan pada hari kiamat."
Sumber : Kitab Tsalatsu miah mawaqif wa ar-roqoiq, Abdul Rahman Bakr, hal 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar