Abu Sa'id meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Abdullah bin Marzuq pernah bersama al-Mahdi di tengah dunia yang luas. Suatu hari ia minum dengan diiringi senda gurau dan sima' (nyanyian dan musik), sehingga tidak shalat Zhuhur, Ashar dan Maghrib. Sebenarnya sahaya wanitanya sudah mengingat-kan tentang semua itu. Ketika datang waktu Isya', sahaya wa-nita tersebut datang dengan membawa bara api lalu diletakkan di atas kakinya. Dia terperanjat seraya berkata, "Apa ini?" Sahaya wanita itu berkata, "Ini bara api dunia, lalu bagaimana halnya dengan api neraka?" Maka ia pun menangis dengan tangisan yang keras. Kemudian ia menunaikan shalat sambil menangis.
Apa yang dikatakan sahaya wanita tersebut sangat ber-kesan dalam jiwanya. Ia tidak melihat sesuatu pun yang dapat menyelamatkan dirinya kecuali berpisah dengan hartanya yang selama ini dinikmatinya. Ia lalu memerdekakan para sahaya wanitanya, meminta maaf kepada semua pihak yang pernah berinteraksi dengannya, dan menyedekahkan hartanya yang masih tersisa. Akhirnya ia menjadi penjual sayur, dan sahaya-nya tadi selalu mengikutinya.
Suatu kali Sufyan bin Uyainah dan al-Fudhail bin Iyadh menjenguknya, ternyata keduanya menjumpai batu bata di bawah kepalanya dan tidak ada sesuatu pun di bawahnya. Melihat hal itu, Sufyan bin Uyainah berko-mentar untuknya, "Tidaklah seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah menggantikan untuknya dengan suatu ganti. Apakah yang Allah gantikan kepadamu dari segala yang engkau tinggalkan karenaNya?" Ia menjawab, "Ridha de-ngan apa yang aku jalani."
Yakni, ridha dengan kemuliaan zuhud dari dunia yang hina dina ini dengan segala kerusakan dan godaannya yang disifati oleh orang bijak dengan pernyataannya, "Jika datang, ia menjatuhkan. Jika tampak, ia membuat ketakutan. Jika matang, ia menjadi busuk. Betapa banyak orang sakit yang kita jenguk namun kita sendiri tidak mau kembali. Betapa banyak kubur yang dibangun namun kita tidak mau bertaubat. Betapa banyak raja yang memiliki banyak monumen, namun setelah mencapai puncaknya, ia mati."
(Sumber : www.kebunhikmah.com)
Apa yang dikatakan sahaya wanita tersebut sangat ber-kesan dalam jiwanya. Ia tidak melihat sesuatu pun yang dapat menyelamatkan dirinya kecuali berpisah dengan hartanya yang selama ini dinikmatinya. Ia lalu memerdekakan para sahaya wanitanya, meminta maaf kepada semua pihak yang pernah berinteraksi dengannya, dan menyedekahkan hartanya yang masih tersisa. Akhirnya ia menjadi penjual sayur, dan sahaya-nya tadi selalu mengikutinya.
Suatu kali Sufyan bin Uyainah dan al-Fudhail bin Iyadh menjenguknya, ternyata keduanya menjumpai batu bata di bawah kepalanya dan tidak ada sesuatu pun di bawahnya. Melihat hal itu, Sufyan bin Uyainah berko-mentar untuknya, "Tidaklah seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah menggantikan untuknya dengan suatu ganti. Apakah yang Allah gantikan kepadamu dari segala yang engkau tinggalkan karenaNya?" Ia menjawab, "Ridha de-ngan apa yang aku jalani."
Yakni, ridha dengan kemuliaan zuhud dari dunia yang hina dina ini dengan segala kerusakan dan godaannya yang disifati oleh orang bijak dengan pernyataannya, "Jika datang, ia menjatuhkan. Jika tampak, ia membuat ketakutan. Jika matang, ia menjadi busuk. Betapa banyak orang sakit yang kita jenguk namun kita sendiri tidak mau kembali. Betapa banyak kubur yang dibangun namun kita tidak mau bertaubat. Betapa banyak raja yang memiliki banyak monumen, namun setelah mencapai puncaknya, ia mati."
(Sumber : www.kebunhikmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar